Mantan presiden dan sebagian besar politisi di Sri Lanka sangat
bergantung pada astrologi, yang memberikan rasa aman pada posisi
mereka.
Di Sri Lanka, tidak hanya presiden yang sangat berkuasa, Mahinda
Rajapaksa, yang terpuruk ketika tanpa diduga kalah dalam pemilihan
umum pekan lalu.
Ahli nujum kepercayaannya, yang dengan sangat yakin meramalkan
kemenangan mutlak baginya, diam-diam mundur dari sorotan publik di
negara tempat kepercayaan pada astrologi masih tinggi.
Ketika mantan Presiden Rajapaksa mengadakan pemilu dua tahun lebih
awal dari jadwal, hal tersebut tidak hanya berdasarkan kalkulasi
politik. Ia juga diberi restu oleh peramal kepercayaannya selama 30
tahun, Sumandasa Abeygunawardena. Menyebut Rajapaksa "pria
berkepribadian tak terkalahkan dan penuh berkah," ia meramalkan
kemenangan besar dalam pemilu tersebut.
Beberapa hari sebelum pemilihan suara 8 Januari, Abeygunawardena
bersikukuh bahwa tanggal pemilu "sangat beruntung bagi Tuan
Rajapaksa." Dan pada hari pemilu, para ahli nujum dengan yakin
meramalkan di televisi milik pemerintah bahwa tidak akan ada yang
dapat menghalangi kemenangan Rajapaksa.
Rajapaksa sangat percaya astrologi. Meski sebagian besar politisi di
negara itu juga memiliki kepercayaan yang sama, banyak pengamat
mengatakan mantan presiden itu sangat bergantung pada astrologi.
"Hal itu menjadi perbincangan terbuka dan diskusi publik. Ternyata
peramal mengatakan itu periode yang baik baginya dan ia diminta tidak
menunda (pemilu), tanggalnya ditentukan oleh ramalan beberapa
astrologi, waktu penyerahan dokumen pencalonan, semuanya ditentukan
peramal," ujar Harini Amarasuriya, yang mengajar di fakultas ilmu
sosial di Universitas Terbuka Sri Lanka.
Namun semua perhitungan, baik perhitungan nujum dan politik,
berantakan ketika Maithripala Sirisena membelot dari partai Rajapaksa,
dan melaju pada kemenangan setelah bergabung dengan pihak oposisi.
Pembalikan peristiwa terjadi di luar dugaan. Ketika Rajapaksa
mengumumkan pemilu, tidak ada oposisi yang kredibel untuk melawan
pemimpin kuat Sri Lanka itu.
Sekarang, kekalahan Rajapaksa yang mengejutkan telah membuat "ahli
nujum kerajaan" di ujung tanduk. Abeygunawardena telah menyerahkan
mobil dinasnya dan mundur dari kepemimpinan bank pemerintah, diantara
hak-hak istimewa yang diberikan padanya. Kredibilitasnya terhantam
keras.
Peramal tersebut mengatakan pada kantor berita AFP bahwa ia tahu
Rajapaksa akan kalah namun tidak sampai hati memberitahunya. Dengan
membela diri, ia mengatakan bahkan peramal Perancis yang legendaris,
Nostradamus, pernah meleset ramalannya.
Jutaan orang di Asia Selatan percaya bahwa pergerakan planet memiliki
pengaruh besar terhadap kehidupan mereka. Tanggal-tanggal pernikahan
dan acara-acara besar ditentukan berdasarkan perhitungan horoskop.
Namun, kesalahan astrologis tingkat tinggi terkait pemilu Sri Lanka
telah memicu debat kekuatan bintang.
"Ini negara yang memiliki banyak keyakinan semacam itu dalam basis
hari per hari. Namun kali ini, karena terjadi di tingkat tinggi, maka
banyak menerima kritik dan saya kira itu beralasan. Tidak dapat
terjadi di abad 21 sesuatu yang sangat serius sangat bergantung pada
astrologi," ujar Sasanka Perera, ahli antropologi Sri Lanka dan kepala
fakultas ilmu sosial di South Asian University di New Delhi.
Harini Amarasuriya mengatakan politisi-politisi di Sri Lanka tampaknya
terlalu percaya dengan astrologi dibandingkan masyarakat pada umumnya.
"Banyak yang merasa tidak aman mengenai posisi mereka. Pada saat
berada di posisi semacam itu, yang sangat terisolsi, orang jadi
percaya pada praktik-praktik mistis untuk memberikan rasa aman," ujar
Amarasuriya.
Sumber : VOA Indonesia
No comments:
Post a Comment