Satu survei mengenai peredaran senjata di Afrika Tengah baru-baru ini
melaporkan betapa murahnya harga senjata di negara itu. Satu granat,
misalnya, dibanderol lebih murah dibandingkan harga sebotol Coca-Cola.
Granat murah itu berasal dari Cina atau Bulgaria, mortir dari Sudan,
peluncur roket dibuat di Iran, serta peluru berasal dari Inggris,
Belgia, atau Republik Cek. Spanyol dan Kamerun menyediakan peluru
senapan.
Survei itu menarik perhatian industri senjata global mengenai dari
mana output- nya sampai menemukan jalannya, baik secara legal maupun
sebaliknya, ke tangan para pemberontak.
Granat tangan tipe 82-2 yang berukuran kecil dan mudah disembunyikan
adalah salah satu item militer yang paling banyak tersebar luas di
Afrika Tengah. Penelitian yang disusun oleh kelompok Konflik
Persenjataan Riset Inggris untuk Uni Eropa menyebutkan granat tangan
tipe 82-2 dapat dibeli seharga Rp 6.000-12.000. Harga granat ini lebih
murah ketimbang harga sebotol minuman ringan bersoda atau coke.
Lebih dari 25 ribu tipe 82-2 granat dijiplak oleh peneliti pada tahun
2006 dan dikirim ke Cina untuk diproduksi. Kemasan granat itu
ditujukan untuk Markas Besar Angkatan Darat Royal Nepal (Royal
Nepalese Army Headquarters). Tetapi tentara Nepal berkeras bahwa
mereka tidak pernah menggunakan granat semacam ini.
Berdasarkan laporan itu, pada tahun 2013 terdapat kiriman baru,
termasuk sedikitnya dua pengiriman senjata, menggunakan pesawat dari
Sudan ke Bangui. Pengiriman itu dilakukan sebelum Perserikatan
Bangsa-Bangsa mengembargo senjata ke Afrika Tengah pada akhir tahun
2013.
No comments:
Post a Comment